Hati itu kaya makna

Nggak semua yang dirasakan itu bisa dan layak untuk diutarakan.

Hati itu kaya rasa

Sebaliknya, tidak semua yang diutarakan itu juga bisa tersampaikan dan diterjemahkan dalam hati, kecuali rasa.

Hati itu jujur

Tak Ada tawa dan duka dalam kepalsuan. Biar hati yang menentukan

Hati itu peka

Seringkali semua yang terlihat menjebak manusia dalam persepsi, terkadang dangkal.

Hati itu Dunia

Semua misteri di dunia ini mampu kita pecahkan, kecuali dalamnya hati seseorang. Manusia tercipta bukan untuk menyakiti dunia. Karena dunia ada dalam hati manusia.

Selasa, 10 Juli 2018

Media Sosial dan Kandidat Pemimpin Kita


Bulan juni ini menjadi bulan dimana pesta demokrasi diberbagai daerah digelar. Secara serentak beberapa  Provinsi di Indonesia mengadakan pemilihan umum untuk menentukan siapa yang akan memimpin daerahnya dalam 5 Tahun kedepan.  Jawa Tengah sendiri juga menjadi salah satu daerah yang menjadi bagian dari pesta demokrasi tersebut. Berbagai persiapan menuju perhelatan akbar itu telah digelar. Mulai dari masa sosialisasi, kampanye, debat para calon, dan masa tenang. Masing – masing pasangan juga telah sepakat untuk menjaga pesta demokrasi ini menjadi ajang yang fair, bebas kampanye hitam dan kondusif. Ini tercermin dari statement dari masing-masing pasangan yang sudah beredar di media sosal dan media cetak.

Berkaca dari pergerakan kampanye para pasangan calon, ada perbedaan yang cukup signifikan dalam pemilihan umum 1 dasawarsa ini. Sosial media, sebagai sebuah platform komunikasi digital baru dalam masyarakat mulai dimaksimalkan pemanfaatannya sebagai media kampanye dan media informasi oleh para pasangan calon dan partai pendukungnya. Berbagai citra dan konten mulai dibuat dan disebarluaskan lewat berbagai platform digital untuk menarik simpati, menyampaikan visi misi, dan juga meraih kepercayaan dari para calon pemilihnya. Para pasangan calon juga mulai mengurangi janji-janji yang berpotensi terekam dalam jejak digital yang pada akhirnya justru menjadi bomerang ketika nantinya mereka telah terpilih menjadi pemimpin di suatu daerah. Beragam macam pencapaian dibungkus sedemikian rupa untuk mempresentasikan bahwa mereka adalah orang yang layak untuk diberi suara.
Pemanfaatan sosial media sebagai media kampanye ini juga memperbesar presentase respon dari para pemilih-pemilih muda. Para pelajar dan mahasiswa dikenal sangat kritis terhadap unsur-unsur estetika dalam bersosial media. Ketika tim kampanye mampu melihat potensi itu dan kemudian bisa merumuskan konsep promosi dengan benar, hal ini menjadi kunci utama bagaimana para pasangan calon mendulang suara dari para pemilih pemula. Layaknya sebuah merek, pasangan calon juga merupakan sebuah produk yang ditawarkan. Siapapun yang mampu memetakan pasar digital dan membuat konten yang menarik untuk segmentasi pasarnya, merekalah yang akan memenangkan persaingan di dunia digital tersebut.

Janji, Realita dan Kabar Bohong

                Sekarang ini, hampir semua kandidat telah mampu mengatur sedemikian rupa mengenai citra mereka di sosial media. Ini tentunya berkat tim-tim branding yang menjadi penyokong setiap tampilan yang ingin disampaikan kepada netizen. Namun, problematika selanjutnya yang dihadapi oleh Badan Pengawas Pemilu dan KPU adalah mengenai regulasi dan tata cara bersosial media dalam kaitannya dengan kampanye dunia maya. Seperti diketahui bahwa media sosial tidak termasuk produk pers, karena itu mereka yang terlibat dalam pemanfaatan transaksi informasi tidak terikat dengan Undang-Undang No 40/1999 tentang Pers.
Komisi Pemilihan Umum sendiri melalui Peraturan KPU Nomor 4/2017 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, membatasi akun resmi setiap pasangan paling banyak lima akun. Regulasi yang sama juga mengatur isi atau konten kampanye di media sosial. Namun apakah itu cukup untuk mengontrol kebohongan –kebohongan yang timbul dalam hitungan detik di sosial media? Apakah ini mampu untuk meredam janji dan realita yang dipelintir secara konteks oleh lawan politik untuk mendongkrak simpatik?. Faktanya, salah satu kelemahan dari media sosial adalah, ketika sesuatu propaganda telah dirilis, tidak ada kekuatan sebesar apapun yang mampu untuk meralat atau mengubah pengaruh dari  berita tersebut, sekalipun klarifikasi telah dilakukan oleh sang penyebar konten. Lalu, bagaimana solusinya?

Keterlibatan Sosial Media Analysist
Salah satu solusi alternatif adalah dengan membangun jaringan sosial media di seluruh instansi pengawas pemilu. Mulai dari kecamatan hingga ke pusat jaringan ini saling terintegrasi demi tercapainya kesamaan dan kesataraan bobot informasi. Pembangunan saluran ini dimulai dengan aktivasi dari konten – konten edukasi seputaran pemilu. Edukasi ini tidak hanya berupa aturan-aturan terkait regulasi, namun juga dengan membuat konten untuk membangun mental melakukan pencarian lebih lanjut sebelum menerima setiap ide yang dilontarkan di sosial media.
Penekanan terhadap adanya Undang-Undang No 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga dapat dijadikan bahan kampanye oleh Badan Pengawas Pemilu dan Komisi Pemilihan Umum. Harapannya adalah, para pengguna media sosial memahami konsekuensi yang akan dihadapi ketika mereka menjadi bagian dari gerbong hoax tersebut. Namun itu saja tidaklah cukup. Ditengah terbuka lebarnya informasi di dunia digital ini, pendekatan “moral sense” menjadi salah satu jawaban untuk mencegah kabar bohong tersebar luas, yang justru menciderai pesta demokrasi tersebut.
Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah dengan bekerja sama dengan akun-akun publik yang bertumbuh dimasing-masing kota. Seperti kita ketahui bahwa ditiap-tiap kota bertumbuh akun-akun layanan informasi yang dikelola oleh individu-individu. Dengan menjalin hubungan dan kerjasama dengan mereka, KPU dan Bawaslu akan lebih mudah untuk memantau dan berkoordinasi ketika dikemudian hari berkembang isu/kabar bohong yang bertujuan untuk saling menjatuhkan kandidat.
Pada akhirnya, mengutip quote dari Romo Prof. Dr. Frans Magnis Suseno SJ, bahwa pemilu itu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa.
 .
Henry Casandra Gultom / @nandagoeltom
Staf Pengajar Universitas PGRI Semarang

Sabtu, 03 Februari 2018


Aku Bukan Pilihan. Aku Memilih.


Ketika bertemu mahasiswa, banyak yang bertanya mengenai pilihan konsentrasiku ketika kuliah dulu. Mereka merasa bahwa aku salah penjurusan. Seharusnya aku lebih pantas jadi dosen seni musik, dibandingkan menjadi pengajar marketing dan microeconomics. Sekilas, apa yang mereka sampaikan itu tentu tidak salah, mengingat aktivitasku yang cukup intens dengan dunia tarik suara dan trumpet.

Namun, aku bukan penganut itu, Mono choice. Bagiku, manusia berhak untuk mencari tahu dan menemukan apa yang menjadi passionnya. Apa yang membahagiakan hidupnya. Dunia Manajerial, brand dan Jazz merupakan kolaborasi yang unik dalam hidupku. Ranah tradisi dan kebermanfaatan bagi masyarakat juga menambah warna dalam perjalanannya.

Pesanku buat kalian yang sedang kuliah, ini saat yang tepat untukmu menggali potensi diri. Temukan apa yang menjadikan hari-harimu lebih bahagia. Kembangkanlah apa yang menjadi kerangka penyangga binar-binar yang menghiasi benakmu. Dan, kombinasikanlah dengan keilmuan yang sedang kamu pelajari sekarang. Niscaya, akan ditemukan sebuah kombinasi yang unik, yang pada akhirnya membuatmu menjadi pribadi yang unggul dan berjati diri.

#dosen #dosenupgris #upgris #manajemenupgris #universitaspgrisemarang #semarang #indonesia #trumpet #vocal #bachbrass #bachstradivarius #shure #shuresh55 #monettemouthpiece #absurdnation #passion #jazz #NDGLTM

Jumat, 02 Februari 2018

Sudjiwo Tedjo x Nanda Goeltom




Sujiwotejo x Nanda Goeltom


Seumur-umur kenal, aku ndakpernah punya foto yang mainstream berdua bareng doi. Yang ada hanyalah foto aksi panggung, foto rame-rame, dan foto-foto rembugan komposisi seperti saat ini terjadi. Berkali-kali main bareng, hampir semua komposisi baru diobrolin 10 menit sebelum perform. Kadang diatas panggung malah. Untung maqom edan ku weis meningkat, aku jadi sudah bisa menyesuaikan. Walaupun tak jarang, aku jadi biang kerusuhannya. Maklumlah, aku masih pemain trumpet kelas RT RW.



Semalam hadir di Tingkir, untuk berkolaborasi dalam pagelaran wayang di Ulang tahun Kidung Syafaat, Salatiga. Saya didawuh untuk mengilustrasikan bima yang sedang menunggu wangsit dalam pertapaaannya. Sangkaka langit menyeruak mewarnai keheningan itu. Namun, sebelum mulai, Ada pertanyaan sederhana kang Tejo yang lumayan menohok. "Nda, kowe ngerti wayang bimo kui sing ngendi toh?"


Aku paham, mungkin karena beliau tau aku memang bukan orang jawa. Namun, aku nyaris tak siap dengan pertanyaan atau mungkin sindiran itu. Dan meluncurlah spesies-spesies hewan yang akrab di telingaku. Beliau tekekeh-kekeh mendengarnya. Kowe pancen nganu ya mbah. Jos pokokmen.

#trumpet #jazz #ilustrasi #wayang #sujiwotejo #kidungsyafaat #salatiga #semarang #indonesia #kolaborasi #dosenupgris #NDGLTM


 
Aku disini, Bicaralah.

Aku disini. Bicaralah. Ketika itu membuatmu tenang. Ketika itu membuatmu bahagia. Ketika itu melepaskan semua jerat yang membelenggu rasa.

Aku bahkan tak mampu memilih. Luka-luka itu terlalu membahagiakan untuk ditangisi. Deras sungai bahkan tak mampu menghanyutkan air mata. Hembusan angin tak lagi mampu menggerakkan raga. Aku disini. Bicaralah.

Ruang ini terkadang menjadikan kita saling terka. Ruang ini seharusnya mendamaikan kita dalam setiap waktu yang terpasung oleh kasta. Mari menyapa dalam mimpi, mari berkabar lewat hati. Aku disini. Bicaralah.

Aku disini, Bicaralah.

14 Januari 2018.
Nanda Goeltom.

  

Kamis, 01 Februari 2018

Surat Untuk Mama




Palembang, 21 Januari 2018

Assalamualaikum, Ma.

Hari ini, adalah malam ke-7 dalam hidupku tanpa seorang ibu. Alhamdulillah, sejauh ini aku mampu melewatinya, walau tak jarang, senyum yang tampak, hanyalah pemanis untuk menutupi genangan yang nyaris tumpah berserakan. Sebagai seorang pria dan anak sulung, sudah sewajarnya aku harus tetap tegar ditengah badai yang terus melanda perasaan.

Ibu saya sehat. Sangat sehat malahan. Beliau meninggalkan kami Senin sore kemarin pada usia 63 tahun dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Semuanya begitu cepat. Terlalu cepat bahkan menurutku. Dengan senyum beliau yang masih tersungging di bibirnya, aku yakin dan percaya bahwa inilah cara terbaik beliau untuk mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang dicintainya. Kami tak melihatnya dalam keadaan sakit. Pada Senin pagi bahkan mama masih sempat berkunjung ke tempat kerjanya, bersenda gurau dengan rekan-rekan semasa kerjanya. Pada siang harinya beliau juga masih sempet ngobrol-ngobrol dengan rekan pengajiannya.

Ibu saya ini merupakan sosok yang tangguh, pekerja keras, sederhana, dan teladan bagi saya, keluarga, anak-anak angkat beliau, dan seluruh orang yang pernah kenal dengannya. Ibuku tak pernah mengeluh, walau kadang hatinya ada diujung peluh. Ibu tak pernah marah, ketika kami lupa menanyakan kabar padanya. Ibu tak pernah meminta, walau tak jarang kami memaksa. Ibu selalu bilang, " mama masih ada kog, tenang aja nak". Pagi ini saya membuka kulkas dan mendapati tumpukan masakan beku yang sudah disiapkan beliau. Ya, beliau hari Minggu ini sebenarnya berencana mengirim makanan ke Semarang. Ibu paham betul bagaimana membahagiakan anak dan cucunya.

Ibuku sekarang sudah pulang. Ibuku sekarang sudah tenang. Aku hanya mampu berharap senyum terakhir yang kulihat diwajahnya merupakan perlambangan dari kebahagiaannya dalam menempuh dunia yang baru. Maafkan Nanda, Ma. Maafkan saya yang sampai hari ini bahkan belum mampu sedikitpun membuatmu bahagia. Maafkan saya atas semua janji yang belum tertepati pada mama. Maafkan saya yang tak bisa mendampingimu ketika saat berpulang itu tiba.

Maafkan saya yah, Ma Rosliana Pohan . Mama wanita terbaik yang mengajarkanku tentang hidup. Bahagia disana ya, Ma. Saya rindu.
#suratuntukmama

Rabu, 08 Februari 2017

Memilih Pergi - AbsurdNation

Hari ini aku kembali terbangun dalam situasi yang pelik. Menyadari kenyataan bahwa kita tak lagi bersama. Seakan tak percaya, aku kembali mengulang semua potret masa lalu. Ya, masa dimana semua hal selalu berakhir membahagiakan. Kupersiapkan kepergian ini dengan tergesa-gesa dan seadanya. Lautan emosi terlalu mempengaruhi komposisi perjalanan mendadak ini. Perlengkapan yang sama, arah yang sama dan sisi yang sama. Iya, aku berusaha mengulang momen itu, saat dimana ketika kamu adalah manusia yang akan selalu paling gencar meluncurkan protes tentang bagaimana ribetnya seorang pria dengan barang bawaannya. Bergegas kulangkahkan kaki menyusuri setapak, yang menjadi saksi bagaimana kita terbahak-bahak melihat mereka yang rapuh karena cinta. Insan-insan muda sibuk dengan selebrasi perasaannya, sementara kita hanya saling memandang dan sibuk menahan tawa melihat bagaimana tingkah laku mereka.  Pos demi pos kulalui tanpa henti, seakan tak ingin aku terjebak dalam sudut yang pernah kita tempati bersama. Ah, aku ingin segera sampai. Langkahku kupercepat. Aku ingin segera kepuncak. Aku ingin bertemu.

Akhirnya aku tiba. Kulihat sekeliling. Tak ada manusia. Aku bersorak. Aku mempunyai keleluasaan melampiaskan kerinduanku kepadamu. Aku rindu. Kuhampiri nisan itu. Memang bukan pusaramu. Hanya sebuah batu ratapan yang kita sepakati menjadi nisan bersama ketika salah satu diantara kita kelak tiada. Iya. Kamu memang #memilihpergi , namun rasamu akan selalu ada, tersimpan rapi didalam hati. Hai kamu, aku rindu.

Memilih Pergi
Yap. Tulisan diatas merupakan salah satu interpretasi dari komposisi terbaru AbsurdNation yang berjudul memilih pergi. Single tahun 2016 yang rencananya menjadi awal dari perjalanan album kedua ini menceritakan tentang lika-liku kehidupan hati manusia. Tidak ada yang abadi, dan tak ada pula yang tau bagaimana akhir dari sebuah kisah. Masing-masing dari kita tentunya mempunyai pendapat maupun pengalaman yang memiliki benang merah dengan perpisahan. Benar, bahwa manusia berkemampuan untuk merangkai rencana. Namun, hanya yang Kuasa lah yang mengetahui bagaimana rencana tersebut berujung. Nah, kami mengajakmu berpartisipasi untuk menceritakan pengalamanmu. Pertama - tama, dengarkan lagu Memilih pergi ini di akun Soundcloud AbsurdNation. Setidaknya ada sedikit gambaran dari ilustrasi musik. Setelah itu, silahkan tulis ceritamu (Medianya boleh Blog,facebook, instagram) kemudian sematkan tulisanmu ke akun sosial media AbsurdNation. Kalo kamu merasa sungkan, kamu juga boleh mengirimkannya langsung ke email via absurdnationmusic@gmail.com . akan ada hadiah menarik yang akan kita berikan untukmu. 

Jadi, sudah siap untuk melepas semua kenanganmu?


Selasa, 10 Januari 2017

Pendidik yang Terdidik

Mengawali 2017 dengan komitmen. Seperti apa? segera akan saya paparkan nanti. Mohon doanya agar saya bisa konsisten untuk kembali menulis. :)

 
bloggerlift elevator terbaik Kontraktor Pameranartsitektur